Saya seorang perempuan berusia 31 tahun, karyawati di salah satu perusahaan swasta.Saya mempunyai seorang kakak laki-laki kandung katakanlah si A dan seorang saudara sepupu laki-laki katakanlah si B.
Sewaktu kecil (kira-kira berusia 6 tahun, si A kira-kira 13 tahun dan si B kira-kira 12 tahun), kami sering main bersama. Pada suatu hari, seperti biasa si A mengajak saya untuk berbuat yang tidak layak kami lakukan begitu juga dengan si B. Saya tidak mengerti, namun keluguan seorang bocah, saya turuti ajakannya dan kejadian itu berulangkali terjadi.
Ketika berusia 13 tahun saya baru paham dengan apa yang pernah saya lakukan bersama si A dan si B.Astagfirullah, betapa menyesal dan berdosanya saya. Melalui sinar matanya dan tingkah lakunya, saya yakin, si A dan si B juga sangat menyesal dengan apa yang telah mereka lakukan.
Sejak itu saya jadi merasa pesimis, sensitif dan minder terutama di depan lawan jenis. Namun saya tetap berusah menampakkan wajah ceria di depan orang lain walaupun hati saya pedih rasanya.
Tetapi setelah itu saya berbalik, saya merasa untuk apa mempertahankan diri ini yang memang telah ternoda, saya mulai pacaran dan yang lebih ironisnya saya membiarkan saja setiap pacar saya menyentuh tubuh saya bahkan lebih dari itu kami sering melakukan hubungan seperti layaknya suami istri walaupun alat kelaminnya tidak sampai masuk.
Saya tidak ingin seperti itu lagi, maka mulai tahun 2007 ini saya bertekad untuk memperbaiki diri, sulit rasanya tapi saya selalu berusaha. Sering muncul dipikiran bahwa hidup ini terasa tidak adil. Sayapun sering merasa iri dengan muslimah yang berjilbab, mereka bisa bangga dengan kesucian yang murni. Bagi saya berjilbab serasa menutupi sebuah aib. Saya ingin merahasiakan ini seumur hidup, terutama pada orang tua. Pertanyaaan saya :
1. Apa yang harus saya lakukan untuk memperkuat tekad saya untuk memperbaiki diri ?
2. Apakah boleh saya merahasiakan hal ini kepada kedua orang tua ?
3. Bagaimana dengan calon suami saya kelak, haruskah diberitahu ?
4. Apakah keperawanan penting dalam sebuah pernikahan ?
Candra Kirana
kirana30@...........
Jawaban Pengasuh
Wassalamualaikum wr wb.,
Mba Candra,
Semoga Allah senantiasa membimbing mba,
Kejadian di masa kecil baik yang dilakukan secara disengaja atau tidak disengaja, bukanlah dosa, karena masa kecil (sebelum baligh) adalah kondisi dimana setiap orang dalam keadaan fitrah jadi semua perbuatan tidak akan Allah perhitungkan di yaumilakhir kelak.
Mba seharusnya tidak boleh merasa bersalah dan pesimis, yakinlah jika mba berniat baik untuk berada di jalan yang benar, maka Allah akan menolong dan membimbing mba, yakinilah itu semua....
Meratapi nasib dan membiarkan diri hanyut serta membinasakan diri hanya akan menumpuk dosa dan menumpuk perasaan yang sangat bersalah. Biarlah yang sudah terjadi terjadilah, mulailah sekarang untuk menata kembal;i kehidupan mba dengan jalan yang benar, yang Allah restui. Hentikan dan cegahlah semua sikap dan perilaku dan hal-hal yang dapat membawa diri terseret dalam kehinaan.
Yang sebaiknya mba lakukan :
Bulatkan tekad, mulailah untuk mendekatkatkan diri padaNya dengan cara melakukan ibadah ritual, rajinlah untuk sholat malam sampaikanlah semua keluh kesahmu padaNya. Mulailah bergaul dengan orang-oarnag yang sekiranya dapat mendekatkan diri mba denganNya, orang-orang yang senantiasa dapat memotivasi diri dan mengingatkan kita ketika kita salah.
Biarlah yang sudah berlalu, berlalulah, lupakanlah. Memberitahukan orang tua hanya akan membuat mereka bersedih dan akan memupuk dendam, kebencian, dan penyesalan terhadap terhadap kakak dan sepupu mba, apalagi jika kejadian tersebut berlangsung ketika kalian masih sama-sama kecil dan kedua kakak mba pun menyesalinya. Anggap saja semua itu kecelakaan. Yang harus diperhatikan sekarang agar lkejadian serupa tidak terjadi pada anak-anak kita, cobalah untuk mengevaluasi mengapa kejadian tersebut bisa terjadi? Mungkinkan karena keterbatasan pengetahuan atau kurangnya pendidikan dan perhatian dari orang tua kita? Jadilah sebagai cermin untuk kehidupan mendatang.
Memberitahukan calon suami, sebaiknya tidak detail. Mba tidak perlu menceritakan kejadian masa kecil mba, karena sama saja akan memupuk dendam dan kebencian, tapi ceritakanlah keadaan mba apa adanya, kalau mba bukan lagi wanita yang sempurna tetapi mba hanya wanita yang telah menyesali semua perbuatan yang sudah dilakukan dan sedang bertekad untuk menjadi wanita sholehah.
Virginitas (keperawanan) bukanlah hal yang penting dalam sebuah pernikahan, tapi keperawanan (kesucian) hati dan ruhani kita yang jauh lebih penting dari apapun. Pernikahan dibangun atas dasar tekad untuk sama-sama menjalankan titah perintahNya, yakni membangun pondasi agama, menggapai ridhoNya, menyatukan kedua potensi agar bersinergi membangun dan menegakkan aturanNya..
Ingatlah Mba, tidak ada manusia yang sempurna...,semua orang sempat dan pernah berbuat salah. Manusia yang mulia adalah manusia yang selalu bertekad dan berusaha menjaga kebersihan ruhaninya. Sebagaimana Allah berfirman bahwa manusia yang mulia adalah manusia yang paling taqwa.
Semoga dapat mencerahkan
Pengasuh